Jumat, 26 Juni 2009

Tahukah Anda Tentang K.H. Cholil Bisri ?

Ayahnya seorang pendiri pesantren yang terkenal sesudah Kyai Cholil Bangkalan, Kyai Tremas dan Kyai Hasyim Asy'ari Tebuireng. Pada saat itu Kyai Cholil dibantu oleh dua kyai yaitu Kyai Mas'ud dan Kyai Mastur, mbahnya. Ketika mbahnya wafat, mereka pindah ke Desa Leteh, masih di sekitar Rembang juga. Sampai sekarang ia masih tinggal di situ.
Ia tamat Sekolah Rakyat 6 Kartioso, hanya 5 tahun. Sebab ia langsung diterima di kelas dua, karena ia tidak mau satu kelas dengan adiknya (Mustofa), yang pada saat bersamaan masuk kelas satu.

Ketika itu terjadi peristiwa PKI di Madiun 1948. Ayahnya termasuk orang yang diburu oleh PKI saat itu. Sehingga mereka harus mengungsi ke arah timur, tepatnya ke Pare, sekitar Kediri. Pada masa pegungsian itu, ayahnya punya usaha kecil, membuat kertas daur ulang. Dari kertas bekas koran diolah menjadi bubur, dibentuk dan dijemur menjadi kertas. Kemudian dipotong untuk dibuat kertas buku-buku catatan kecil (notes). Lalu dijual. Cholil Bisri sendiri sering ikut menjualnya. Di sini jiwa wirausahanya mulai terbangun.
Setahun setelah itu, ketika keamanan sudah pulih, mereka kembali lagi ke Rembang. Tahun 1950 ia melanjutkan sekolah SR dan tamat tahun 1954. Tahun 1956 ia diminta ayahnya pergi ke Krapyak, Yogyakarta, tinggal di Pesantren Ali Mas'shum. Selama satu tahun tinggal di Krapyak, ia merasakan betapa demokratisnya Kyai Ali Mas'shum. Ia pun merasa cukup dimanjakan oleh Kyai Ali. Kemudian, ia kembali ke Rembang, bertepatan kedatangan Kyai Mahrus yang masih satu generasi dengan ayahnya. Teman ngaji ayahnya ketika masih kecil. Kyai Ma’rus berbicara dengan ayahnya dan meminta agar ia ikut bersamanya ke Kediri. Akhirnya 1957 ia berangkat ke Kediri. Tapi hanya satu tahun. Kemudian ia kembali lagi dibawa oleh Kyai Ali ke Krapyak.

Pada Pemilu 1982, ia diminta untuk menjadi anggota DPRD tingkat I. Tetapi ia tolak. Karena ia mempuyai pesantren yang harus diurus. Waktu itu ia hanya mau di DPRD tingkat II, seumur hidup. Tawaran menjadi anggota DPRD Tingkat I itu diserahkan kepada adiknya, Mustofa. Adiknya menerima tawaran itu setelah didorong dengan berbagai penjelasan.
Pada tahun 1992, ia mulai merasa jenuh di DPRD tingkat II. Sementara ia ditawarkan oleh ketua wilayah untuk masuk ke tingkat I. Tapi ia malah berpikir untuk masuk ke DPR RI. Dan pada tahun itu ia menjadi anggota DPR RI dari PPP.
Meninggal Dalam Kedamaian
Kiai Haji Cholil Bisri (62), Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, meninggal dunia dalam usia 62 tahun Senin 23 Agustus 2004 pukul 20.40 di rumahnya di Kampung Leteh, Kota Rembang, Jawa Tengah. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, itu meninggalkan, seorang istri Hj Muhsinah, delapan anak, dan sejumlah cucu. Dimakamkan Selasa siang di Pemakaman Keluarga Bisri Mustofa di Kota Rembang.

Wakil Ketua Dewan Syuro DPP PKB itu meninggal dalam suasana tenang, damai, bagai seorang yang tengah tidur nyenyak. Dia meninggal akibat sakit kanker hati yang diderita sejak lama. Kakak kandung KH Mustofa Bisri, sejak Mei dirawat di Rumah Sakit Umum Karyadi, Semarang. Kemudian dirawat di Rumah Sakit MMC, Jakarta, tetapi kondisinya tidak bertambah baik dan malahan minta dirawat di rumah saja.
Jumat pagi sekitar pukul 10.15, dia tiba di Stadion Krida (Rembang) dengan pesawat helikopter, lalu dengan mobil ambulans diangkut ke rumah pribadinya.

Saat detik-detik mengembuskan napas terakhir, Cholil Bisri selain didampingi Dr Sugeng Ibrahim, juga didampingi kedua anaknya, Gus Tutut dan Gus Ipul, yang masing-masing didampingi istri.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © Aldien Sora Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger